MATAPEDIA6.com, BATAM— Ekonomi Kepulauan Riau (Kepri) terus menunjukkan daya tahan dan momentum positif. Hal itu terlihat setelah berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Kepri pada Triwulan II 2025 mencapai 7,14% (yoy), naik signifikan dari triwulan sebelumnya sebesar 5,16%.
Angka ini menjadikan Kepri sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera, menyumbang 7,18% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pulau Sumatera.
Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kepri, Adidoyo Prakoso, menyampaikan bahwa secara kumulatif, ekonomi Kepri tumbuh 6,15% (ctc) hingga triwulan II 2025.
“Kinerja ini ditopang kuat oleh sektor industri pengolahan, pertambangan, dan konstruksi yang mencatat pertumbuhan solid secara tahunan,” ujarnya dikutip dalam keterangannya, Kamis (7/8/2025).
Ia menyebutkan bahwa sektor industri pengolahan tumbuh 6,96% (yoy) dan menjadi kontributor terbesar terhadap ekonomi Kepri, menyumbang 2,91 poin persentase.
“Kinerja ini terdorong oleh peningkatan produksi, termasuk aksi frontloading produk elektronik menjelang pemberlakuan tarif resiprokal Indonesia-AS,” katanya.
Sektor pertambangan dan penggalian melonjak tajam dengan pertumbuhan dua digit sebesar **24,21% (yoy), menyumbang 2,18 poin persentase terhadap PDRB. Hal ini sejalan dengan mulai beroperasinya Lapangan Forel dan Terubuk di Natuna, serta efek basis rendah dari tahun sebelumnya.
Sementara itu, konstruksi mencatat pertumbuhan kuat sebesar 7,75% (yoy) berkat percepatan pembangunan berbagai proyek strategis seperti KEK Pariwisata Kesehatan Internasional, pengembangan Terminal 2 Bandara Hang Nadim, dan penataan infrastruktur jalan.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Kepri juga ditopang kuat oleh investasi. Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 8,70% (yoy) dengan andil 3,57 poin persentase mencerminkan geliat investasi PMA dan PMDN di berbagai KEK.
Ekspor neto juga tumbuh positif, seiring dengan ekspansi industri pengolahan dan mulai berproduksinya lapangan migas baru di Natuna. Selain itu, konsumsi rumah tangga meningkat, didukung tingginya mobilitas masyarakat selama periode libur panjang dan hari besar keagamaan.
Baca juga:Harga Konsumen Turun, Kepri Alami Deflasi 0,12 Persen di Juni 2025
Inflasi Terkendali, Risiko Tetap Diwaspadai
Di tengah pertumbuhan ekonomi yang solid, inflasi Kepri tetap terkendali. Pada Juli 2025, Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat inflasi 0,19% (mtm) naik dari deflasi bulan sebelumnya sebesar -0,12%. Secara tahunan, inflasi Kepri berada di level 1,97% (yoy) — masih dalam rentang sasaran nasional.
Tiga kota IHK di Kepri mengalami inflasi, yakni Batam (0,15%), Tanjungpinang (0,19%), dan Karimun (0,46%). Inflasi terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas pangan seperti bawang merah, daging sapi, ikan tongkol, cabai rawit, dan telur ayam ras.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil terbesar terhadap inflasi (0,14%), disusul kelompok pakaian dan alas kaki, serta perumahan dan energi rumah tangga yang masing-masing menyumbang 0,01%.
Bank Indonesia memproyeksikan prospek ekonomi Kepri tetap cerah hingga akhir tahun, ditopang keberlanjutan proyek strategis nasional (PSN) dan pengembangan KEK. Potensi spillover wisatawan mancanegara akibat konflik regional di Thailand-Kamboja juga menjadi faktor penunjang.
Meski demikian, BI tetap mewaspadai risiko eksternal seperti dampak kebijakan tarif resiprokal AS dan ketidakpastian geopolitik global. Untuk itu, BI bersama pemda dan pelaku usaha mendorong reformasi perizinan, peningkatan insentif investasi, serta penguatan konektivitas dan infrastruktur.
Dalam menjaga stabilitas harga, Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus bersinergi melalui peningkatan produksi pangan, pelaksanaan pasar murah, dan penguatan KAD.
Upaya ini diharapkan mampu menjaga inflasi tetap terkendali di tengah dinamika ekonomi global yang tidak menentu.
Baca juga:BI Kepri: Inflasi Tetap Terjaga Mendekati Titik Tengah Sasaran
Editor:Zalfirega