MATAPEDIA6.com, BATAM – Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, menegaskan Pekan pengembangan Ekspor bukan sekadar acara seremonial, tetapi momentum strategis untuk memperkuat posisi Batam sebagai pusat perdagangan dan investasi di Indonesia bagian barat.
“Pekan pengembangan Ekspor ini adalah wujud nyata komitmen kita menjadikan Batam magnet investasi,” tegas Amsakar saat membuka acara di Balairung BP Batam, Kamis (14/8/2025).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai perdagangan Batam pada 2024 mencapai Rp 16 miliar, naik dari Rp14,6 miliar pada 2003. Negara tujuan ekspor utama di antaranya Singapura dan Amerika Serikat.
Amsakar menyebut capaian ini tak lepas dari dukungan regulasi pemerintah pusat melalui PP Nomor 25 Tahun 2025 dan PP Nomor 28 Tahun 2020 yang memberikan insentif bagi investor.
“Semua izin investasi saya pantau langsung. Hari ini saja, ada 16 izin, delapan sudah selesai, empat masih berjalan, dan empat tidak bisa ditindaklanjuti. Kalau ada kendala, saya langsung koordinasi dengan deputi BP Batam untuk mempercepat prosesnya,” ujarnya.
Baca juga: BP Batam Luncurkan MANTAB, Atasi Pengangguran dan Perkuat Daya Saing SDM
Ia juga mencontohkan percepatan proses Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang sebelumnya bisa memakan waktu setahun, kini dapat diselesaikan hanya dalam enam hingga delapan bulan.
Menurut data BKPM, Batam menjadi daerah dengan realisasi investasi tertinggi di Kepri. Pertumbuhan investasi mencapai 6,8 persen di triwulan pertama dan hampir 8 persen di triwulan kedua 2025.
Amsakar optimistis ekonomi Batam dapat tumbuh hingga 9,5 persen pada 2029.
“Ini tanggung jawab bersama dari pusat hingga daerah agar Batam benar-benar menjadi pusat investasi dan perdagangan ekspor,” tegasnya.
Pekan pengembangan Ekspor juga menjadi panggung bagi pelaku UMKM. Menteri Perdagangan RI, Budi Santoso, mengungkapkan sepanjang Januari Juli 2025, lebih dari 8.000 UMKM telah difasilitasi dengan nilai transaksi Rp1,4 triliun.
Namun, 70 persen UMKM masih fokus ke pasar lokal dan belum siap memenuhi permintaan luar negeri.
“Banyak yang kaget saat produknya diminati pembeli luar negeri, tetapi tidak siap memenuhi permintaan. Karena itu, kami rutin mengadakan pelatihan untuk meningkatkan desain, kualitas, dan daya saing produk,” jelas Budi.
Kemendag juga menugaskan perwakilan di luar negeri untuk membantu komunikasi lintas bahasa.
“Kalau pembeli dari Taiwan, China, atau negara Arab, jangan khawatir, perwakilan kami siap membantu,” tambahnya.
Baca juga: BP Batam Gerak Cepat Atasi Gangguan Air di Bengkong Pertiwi
Selain itu, pemerintah menggandeng ritel modern untuk memperluas pasar lokal UMKM sebagai langkah awal menuju ekspor.
Pemerintah telah menyelesaikan berbagai perjanjian dagang internasional dengan Kanada dan Jepang, serta membuka akses ke Uni Eropa dengan tarif bea masuk mendekati 0 persen.
Perundingan dengan negara-negara sekitar Rusia ditargetkan selesai tahun ini.
“Kesempatan ini emas. Pemerintah sudah membuka jalan, tinggal bagaimana pelaku usaha memaksimalkan peluang,” tegas Budi.
Kemendag juga membuka program magang bagi mahasiswa dan putra-putri daerah untuk belajar mencari pembeli (buyer) internasional.
“Kami siapkan ruang dan pendampingan, tapi fasilitas pribadi ditanggung masing-masing,” kata Budi.
Langkah ini selaras dengan program Presiden Prabowo Subianto untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 8 persen melalui peningkatan ekspor.
Penulis: Zalfirega |Editor: Meizon