MATAPEDIA6.com, BOGOR-Mengubah kebiasaan dari pengelolaan berbasis perkiraan menjadi pengelolaan berbasis data adalah kunci utama menuju hutan rakyat lestari.
Misi inilah yang diemban oleh tim dosen Departemen Manajemen Hutan, IPB University saat menggelar “Pelatihan Pengukuran Dimensi Pohon dan Inventarisasi Hutan Rakyat” bagi masyarakat Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, sebagai bagian krusial dari kegiatan pengabdian masyarakat melalui program Dosen Pulang Kampung yang bertajuk Pendugaan Volume Pohon Untuk Menaksir Potensi Hutan Rakyat Guna Mewujudkan Pengelolaan Hutan Rakyat Lestari.
Selama bertahun-tahun, banyak pemilik hutan rakyat mengelola asetnya tanpa catatan yang akurat, mengakibatkan potensi ekonomi tidak maksimal dan risiko ekologis sedikit terabaikan.
Pelatihan ini hadir untuk mengatasi akar masalah tersebut dengan menekankan pentingnya inventarisasi potensi hutan rakyat. Masyarakat diajak belajar bersama agar lebih memahami bahwa setiap pohon adalah aset yang datanya perlu dicatat, mulai dari jenis, diameter, hingga taksiran tingginya.
Kegiatan pelatihan berlangsung selama satu hari pada tanggal 10 Agustus 2025 dan disambut antusias oleh peserta yang terdiri dari anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) KWT Sipon Harum Lestari dan KTH Harapan Maju. Pada sesi awal, peserta menerima materi teori tentang pentingnya inventarisasi hutan rakyat.
“Di era modern, semua keputusan harus didukung data, tidak terkecuali dalam mengelola hutan,” terang Dr. Ir. Muhdin, M.Sc.F.Trop, selaku pemateri. “Data pengukuran ini ibarat rekam medis bagi hutan.
Dari data inilah kita bisa tahu ‘kesehatan’ hutan, laju pertumbuhannya, dan kapan waktu yang tepat untuk memanen. Tanpa data ini, kita seperti berjalan di dalam gelap.”
Setelah materi teori, dilakukan praktik lapangan dengan memanfaatkan alat ukur sederhana seperti pita ukur dan walking stick sederhana.
Peserta didorong untuk mencoba secara langsung hingga benar-benar memahami cara penggunaan alat. Para peserta memberikan respon positif karena pelatihan dilakukan secara langsung di lokasi hutan rakyat.
“Metode praktik lapang seperti ini sangat membantu kami memahami cara mengukur,” kata Ujang Supandi, peserta pelatihan.
Kegiatan ini merupakan tahap pertama yang akan disusul dengan pelatihan kedua mengenai teknik praktis perhitungan volume. Data yang telah berhasil dikumpulkan oleh warga dalam pelatihan ini akan menjadi bahan utama yang akan “diolah” pada sesi lanjutan tersebut.
Dengan membekali masyarakat kemampuan untuk mengumpulkan data mereka sendiri, program ini memberdayakan mereka untuk menjadi manajer aset yang proaktif, bukan lagi sekadar pemilik lahan pasif. Ini adalah langkah transformatif menuju kedaulatan data di tingkat komunitas.
Artikel merupakan kiriman dari Habli bukan mewakili pandangan dari redaksi matapedia