MATAPEDIA6.com, JAKARTA– Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 bps menjadi 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur pada 14-15 Januari 2025 kemarin.
Keputusan ini bertujuan menjaga inflasi dalam sasaran 2,5±1% dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Selain itu, suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility masing-masing ditetapkan menjadi 5,00% dan 6,50%.
“BI juga akan memperkuat kebijakan makroprudensial untuk meningkatkan kredit kepada sektor prioritas dan mendigitalisasi sistem pembayaran,” ungkap Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam keterangannya, Kamis (16/1/2025).
Bank Indonesia (BI) memperkuat sinergi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. BI juga meningkatkan kerja sama internasional dalam kebanksentralan dan transaksi mata uang lokal.
Pertumbuhan ekonomi global divergen, dengan AS tumbuh kuat sementara Eropa dan Tiongkok lemah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 4,7–5,5% pada 2025.
BI mengoptimalkan kebijakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan menjaga stabilitas neraca pembayaran yang sehat.
Nilai tukar Rupiah tetap terkendali di tengah ketidakpastian global, hanya melemah 1% terhadap dolar AS pada Januari 2025. Bank Indonesia (BI) mendukung stabilitas ini melalui kebijakan stabilisasi dan aliran masuk modal asing yang berlanjut.
Rupiah lebih baik dibandingkan mata uang regional seperti rupee India dan peso Filipina. BI memproyeksikan nilai tukar Rupiah akan stabil, didukung imbal hasil menarik dan inflasi rendah.
“Kebijakan moneter akan dioptimalkan untuk menarik investasi portofolio asing dan menjaga stabilitas nilai tukar,” imbuhnya.
Bank Indonesia mengoptimalkan instrumen moneter pro-market untuk stabilitas nilai tukar Rupiah dan pencapaian sasaran inflasi. Hingga 14 Januari 2025, posisi instrumen SRBI mencapai Rp914,72 triliun.
Kebijakan ini juga bertujuan mempercepat pendalaman pasar uang dan mendorong aliran modal asing. Suku bunga pasar uang (IndONIA) berada di 6,03%, sedangkan imbal hasil SRBI untuk tenor 6 bulan tercatat 7,06%.
BI berkomitmen meningkatkan efektivitas kebijakan moneter untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan menjaga inflasi dalam sasaran 2,5±1%.
Tidak hanya itu, Bank Indonesia mencatat pertumbuhan kredit mencapai 10,39% (yoy) pada 2024, sesuai dengan prakiraan 10-12%. Pertumbuhan ini didorong oleh minat penyaluran kredit yang terjaga dan dukungan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
Kredit modal kerja, investasi, dan konsumsi masing-masing tumbuh 8,35%, 13,62%, dan 10,61%. Pembiayaan syariah meningkat 9,87%, sementara kredit UMKM tumbuh 3,37%.
Ke depan, pertumbuhan kredit diperkirakan meningkat menjadi 11-13% pada 2025 berkat dukungan kebijakan pemerintah dan makroprudensial.
Selain itu, transaksi pembayaran digital di Indonesia mencapai 34,5 miliar pada 2024, tumbuh 36,1% dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan volume transaksi melalui aplikasi mobile sebesar 39,1% dan QRIS yang melonjak 175,2%.
Infrastruktur sistem pembayaran juga menunjukkan kinerja baik, dengan BI-FAST memproses 3,4 miliar transaksi, tumbuh 62,4%. Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan pembayaran digital akan meningkat 52,3% pada 2025.
Stabilitas sistem pembayaran terjaga berkat struktur industri yang sehat dan infrastruktur yang andal.
Cek berita artikel lainnya di Google News
Editor:Zalfirega