MATAPEDIA6.com, BATAM- Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas IIA Kota Batam terus mengembangkan budidaya ikan dengan teknik bioflok. Program ini dimulai penaburan 1.400 benih ikan nila air tawar di dua kolam buatan berbahan terpal.
“Budidaya ini bertujuan untuk membekali WBP dengan keterampilan yang bermanfaat setelah mereka bebas nanti,” ujar Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Batam, Yugo Indra Wicaksi, saat panen ikan dan penaburan bibit di area branggang Lapas Batam, Senin (17/2/2025).
Menurut Yugo, teknik bioflok menjadi langkah konkret dalam pembinaan kemandirian WBP. Hasil panen ikan akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dapur WBP dan sebagian dipasarkan ke luar.
“Kami ingin WBP memiliki keterampilan yang berguna setelah bebas. Dengan budidaya ikan ini, mereka bisa berkompetisi di sektor perikanan,” sebut Yugo.
Program ini sejalan dengan program Asta Cipta Presiden Prabowo Subianto dan 13 Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan (Imipas) Agus Andrianto dalam memberdayakan WBP untuk ketahanan pangan.
Selain itu, kegiatan ini membantu efisiensi anggaran di Lapas Batam, karena hasil budidaya ikan dan pertanian mandiri dapat menekan biaya operasional konsumsi.
Untuk meningkatkan efisiensi, Lapas Batam juga menggandeng pihak luar dalam penyelenggaraan pelatihan dan bengkel. Fasilitas yang ada dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, seperti produksi tempe, roti, serta pembinaan pendidikan hiburan universitas.
“Kami berharap dengan perubahan ini, Lapas Batam memberikan manfaat lebih besar bagi masyarakat luar, baik melalui produk yang dihasilkan maupun keterampilan WBP,” tambah Yugo.
Kasi Kegiatan Kerja Lapas Batam, Heri Agus, menambahkan bahwa teknik bioflok telah memberikan hasil positif. Saat ini, dua kolam terpal telah dipanen dan hasilnya sudah dipasarkan.
“Rencananya, lima kolam lagi akan ditambah dengan kapasitas 1.000 ekor per kolam,” ujarnya di tempat yang sama.
“Teknik bioflok dikenal hemat biaya, ramah lingkungan, dan mampu menghasilkan panen cepat dalam empat bulan,” tambah dia.
Sementara Sujianto dari Tunas Bioflok menyatakan bahwa metode ini terbukti efisien dalam mengelola limbah dan mengurangi ketergantungan pada pakan konvensional.
“Sistem bioflok mendaur ulang kotoran ikan menjadi pakan alami dan limbah air bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik,” jelas Sujianto.
Dengan harga ikan yang kompetitif dan penghematan biaya operasional, Sujianto berharap program ini dapat menjadi contoh bagi lembaga pemasyarakatan lainnya, serta mendukung ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan.
Cek berita artikel lainnya di Google News
Penulis:Rega|Editor:Miezon