MATAPEDIA6.com, BATAM – Kapolda Kepulauan Riau (Kepri), Irjen Pol Asep Safrudin, bersama Ketua Bhayangkari Daerah Kepri, Ny. Detta Asep Safrudin, mengikuti prosesi adat Tepuk Tepung Tawar di Gedung Lembaga Adat Melayu (LAM) Kepri, Rabu (19/2/2025).
Ritual ini bukan sekadar tradisi, tetapi juga strategi mendekatkan kepolisian dengan masyarakat adat dalam menjaga stabilitas keamanan di Bumi Segantang Lada.
Acara berlangsung khidmat di Balai Adat Seri Indera Sakti, Tanjungpinang, dengan sambutan meriah yang mencerminkan eratnya hubungan antara aparat dan masyarakat.
Pertunjukan silat serta taburan beras kunyit menjadi simbol doa keberkahan dan keselamatan bagi Kapolda dalam menjalankan tugasnya.
Ketua Umum LAM Kepri, Dato Seri Setia Utama H. Raja Al Hafiz, menekankan bahwa sinergi antara kepolisian dan adat bukan sekadar formalitas, melainkan kunci dalam membangun keamanan berbasis kearifan lokal.
“Kami percaya bahwa pemimpin yang mendapat restu adat akan lebih diterima masyarakat, dan itu sangat penting dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Kepri,” ujarnya.
Kapolda Kepri Irjen Pol Asep Safrudin pun menegaskan komitmennya untuk terus menjalin hubungan baik dengan masyarakat adat.
“Prosesi ini bukan hanya penghormatan bagi saya dan istri, tetapi juga momentum memperkuat komunikasi dan kerja sama dengan masyarakat Melayu,” katanya.
Menariknya, dalam prosesi ini, Kapolda menerima tanjak, lambang kebesaran dan kepemimpinan, sementara Ketua Bhayangkari mendapat tudung manto, simbol kebijaksanaan seorang perempuan dalam budaya Melayu.
Dalam refleksinya, Kapolda juga menyinggung pengalaman saat menjabat sebagai Wakapolda Kepri, terutama dalam menangani situasi di Rempang.
“Pendekatan berbasis adat dan budaya menjadi faktor penting dalam menyelesaikan berbagai tantangan keamanan. Dukungan para tokoh adat sangat membantu menciptakan situasi yang kondusif,” tambahnya.
Sebagai bentuk penghormatan lebih lanjut, Kapolda Kepri juga mengunjungi Makam Raja Ali Haji di Pulau Penyengat, Balai Adat Melayu Penyengat, dan Masjid Raya Sultan Riau.
Tepuk Tepung Tawar bukan hanya tradisi seremonial, tetapi juga bentuk komunikasi budaya yang mempererat hubungan antara pemimpin dan rakyatnya.
Ritual ini sering dilakukan dalam momen penting, seperti pelantikan pemimpin, pernikahan, atau penyambutan tokoh kehormatan.
Melalui prosesi ini, kepolisian menunjukkan pemahaman dan penghormatan terhadap nilai-nilai lokal.
Dengan simbolisasi air bunga, beras kunyit, dan daun-daunan, ritual ini membawa pesan kedamaian dan perlindungan.
Dengan mengikuti prosesi ini, Kapolda Kepri Irjen Pol Asep Safrudin tidak hanya mendapatkan restu adat, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai pemimpin yang diterima oleh masyarakat.
“Keamanan yang berkelanjutan hanya bisa terwujud melalui kerja sama erat dengan seluruh elemen masyarakat, termasuk LAM Kepri,” tegasnya.
Cek berita dan artikel lainnya di Google News
Penulis: Luci |Editor: Zalfirega