MATAPEDIA6.com, BATAM – Satu bait puisi mampu menggetarkan malam. Wali Kota Batam Amsakar Achmad tampil mengejutkan saat membacakan karya ciptaannya sendiri, berjudul ‘Uwak’ di panggung Kenduri Seni Melayu (KSM) ke-26.
Dalam suasana yang khidmat di pelataran Harbour Bay, Amsakar tak hanya menampilkan seni, tetapi juga menyuarakan semangat pelestarian budaya Melayu.
Dengan intonasi mantap dan gestur penuh makna, Amsakar membawa penonton larut dalam bait-bait puitis yang menyentuh hati.
“Uwak ini kalau dalam bahasa ibu saya, Kepri, berarti bapak. Puisi ini saya persembahkan untuk seluruh bapak-bapak di muka bumi atas jerih payah mereka,” ungkapnya dikutip dalam media center pemko Batam, Minggu (18/5/2025).
Penonton pun terdiam, hanyut dalam kehangatan kata-kata yang menyuarakan cinta, rasa hormat, dan penghargaan terhadap nilai-nilai keluarga serta budaya lokal.
Bagi Amsakar, kehadiran di panggung KSM bukan sekadar simbolik. Ia menegaskan bahwa seni dan pemerintahan dapat berjalan beriringan, memperkuat akar budaya sekaligus membangun karakter kota.
“KSM bukan sekadar pertunjukan, ini panggung diplomasi budaya,” ujarnya.
Tahun ini, KSM ke-26 menghadirkan 368 peserta dari Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan berbagai daerah di Indonesia. Amsakar menyampaikan rasa syukurnya atas konsistensi pelaksanaan KSM selama lebih dari dua dekade.
“Ini bentuk komitmen kita melestarikan Melayu,” tegasnya.
Tak berhenti pada puisi dan seremoni, Amsakar juga mengumumkan rencana pembangunan panggung seni budaya permanen di Batam. Gedung Beringin tengah dikaji sebagai pusat kebudayaan yang akan menjadi ruang ekspresi bagi komunitas seni dari seluruh Indonesia.
Ia meyakini, dengan kemasan yang kreatif dan promosi yang tepat, Batam dapat menjadi magnet baru bagi wisata budaya. “Semakin banyak event, semakin besar peluang kita menarik wisatawan mancanegara ke Nusantara melalui Batam,” katanya optimistis.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Batam, Ardiwinata, menambahkan bahwa KSM menjadi satu-satunya acara di Provinsi Kepulauan Riau yang masuk dalam Kharisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata RI. Selama tiga hari, 16–18 Mei 2025, KSM tak hanya menampilkan seni, tetapi juga memperkuat identitas budaya Batam melalui pertunjukan, bazar kuliner, dan pelibatan komunitas adat.
“Ini bagian dari 10 Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) Kota Batam. KSM juga mendukung Batam sebagai destinasi MICE,” jelas Ardiwinata.
Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Batam, Raja M Amin, menegaskan pentingnya regenerasi kecintaan terhadap budaya Melayu. Ia mengapresiasi peran Amsakar yang menurutnya serius menjaga warisan budaya.
“Kalau kesenian tak digelar, budaya asing akan masuk ke benak generasi muda. Terima kasih Pak Wali atas kepeduliannya terhadap Melayu,” katanya.
Di tengah arus globalisasi, puisi ‘Uwak’ menjadi pengingat bahwa budaya bukan sekadar warisan, tetapi identitas yang harus terus dihidupkan.
Editor:Miezon