MATAPEDIA6.com, BATAM – Kota Batam kini menghadapi ancaman serius akibat masifnya alih fungsi lahan.
Banjir yang terjadi di berbagai wilayah semakin parah, terutama di daerah Marina, Punggur, dan Nongsa.
Hutan dan rawa yang dulu menjadi daerah resapan air kini telah berubah menjadi kawasan industri dan permukiman, mengakibatkan daya tampung air hujan semakin berkurang.
Bencana banjir kali ini tidak hanya merendam rumah warga, tetapi juga melumpuhkan akses jalan utama.
Di Punggur, jalan arteri yang menghubungkan berbagai kawasan vital lumpuh total akibat genangan air dan material longsor dari bukit.
Sementara di Marina, banjir menyebabkan evakuasi warga dengan bantuan tim Basarnas.
Anggota Komisi I DPRD Kota Batam, Tumbur Hutasoit, menyoroti penyebab utama banjir yang semakin parah di Batam.
Ia menegaskan bahwa hilangnya hutan dan rawa telah merusak sistem alami penyerapan air.
“Kita lihat seperti di Marina Raya, yang dulunya merupakan hutan mangrove, kini sudah berubah menjadi kawasan permukiman.
Bahkan, hutan mangrove di sepanjang pesisir Marina sudah rata dengan tanah setelah ditimbun,” ujar Tumbur.
Bukan hanya di Marina, di Punggur yang sebelumnya masih didominasi kawasan hijau, kini berubah menjadi kawasan industri dan permukiman.
Bahkan, beberapa hutan lindung yang seharusnya dilestarikan kini semakin berkurang.
Selain itu, kawasan yang seharusnya steril di sekitar Bandara Hang Nadim juga mengalami perubahan fungsi.
“Dulu kawasan ini merupakan hutan yang menjaga keseimbangan ekosistem. Sekarang malah berubah menjadi pemukiman dan kawasan industri,” tambahnya.
Tumbur meminta pemerintah, khususnya Wali Kota Batam dan Gubernur Kepulauan Riau, untuk segera meninjau ulang pemanfaatan lahan di Batam.
Jika tidak segera ditangani, bencana banjir di kota ini dikhawatirkan akan semakin parah di masa mendatang.
“Kita tidak menolak pembangunan, tetapi harus memperhitungkan dampak jangka panjang. Jika dibiarkan, Batam bisa bernasib sama seperti Jakarta yang selalu dilanda banjir parah,” kata Tumbur.
Ia juga meminta agar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan turun tangan mengawasi pemanfaatan lahan di Batam agar tidak semakin memperburuk kondisi lingkungan.
Selain itu, Tumbur menyoroti langkah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang berhasil mengembalikan fungsi lahan sesuai peruntukannya.
“Kita bisa belajar dari daerah lain yang berhasil menata kembali lingkungannya. Jangan sampai Batam semakin rusak tanpa ada upaya perbaikan,” ujarnya.
Dengan kondisi saat ini, Batam dihadapkan pada pilihan sulit membiarkan pembangunan berjalan tanpa kendali atau segera mengambil langkah penyelamatan lingkungan sebelum terlambat.
Jika tidak ada tindakan nyata, banjir yang terjadi saat ini hanya akan menjadi awal dari bencana yang lebih besar di masa depan.
Cek berita dan artikel lainnya di Google News
Penulis: Luci |Editor: Meizon