MATAPEDIA6.com, JAKARTA— Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 21–22 Oktober 2025.
Keputusan ini mencerminkan sikap hati-hati BI di tengah ketidakpastian global, sekaligus komitmen menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Kami akan terus memantau efektivitas transmisi pelonggaran moneter yang sudah dilakukan dan menyiapkan langkah lanjutan untuk mempercepat penurunan suku bunga kredit,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil RDG, Selasa (22/10/2025).
Baca juga: Inflasi Kepri Agustus 2025 Terkendali, Daya Beli Warga Tetap Terjaga
BI menegaskan kebijakan moneter tetap pro-stabilitas sementara kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran diarahkan untuk pro-pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Insentif Likuiditas hingga 5,5% DPK
BI memperkuat kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) guna mempercepat penyaluran kredit ke sektor prioritas.
Mulai 1 Desember 2025 bank yang aktif menyalurkan pembiayaan ke sektor seperti pertanian, industri pengolahan, UMKM, real estate, dan ekonomi hijau akan mendapat insentif tambahan hingga 5,5% dari total DPK.
Langkah ini diharapkan menurunkan suku bunga kredit, memperluas akses pembiayaan, dan memperkuat daya dorong sektor riil terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca juga:BI Longgarkan Kebijakan, Suku Bunga Acuan ke 4,75 Persen
Rupiah Menguat, Cadangan Devisa Kokoh
Nilai tukar Rupiah menguat 0,45% secara point-to-point menjadi Rp16.585 per dolar AS pada 21 Oktober 2025. BI menyebut penguatan ini ditopang oleh intervensi terukur di pasar valas spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Cadangan devisa Indonesia pada akhir September tercatat US$148,7 miliar, cukup untuk membiayai 6 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah.
Inflasi Terkendali di 2,65%
Inflasi nasional tetap rendah dan stabil. Per September 2025, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat 2,65% (yoy), sejalan dengan target BI sebesar 2,5±1%.
Kenaikan harga hanya terjadi di komoditas pangan bergejolak seperti cabai, beras, dan ayam, seiring berakhirnya masa panen.
BI menilai sinergi erat dengan pemerintah melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) akan menjaga harga tetap stabil hingga akhir tahun.
Baca juga: BI Kepri Dorong UMKM Naik Kelas di Tengah Ketidakpastian Global
Ekonomi Masih Tumbuh Solid
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan III 2025 ditopang oleh ekspor CPO, besi baja, dan komponen elektronik, sementara konsumsi rumah tangga dan investasi menunjukkan tanda-tanda perbaikan.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025 berada di kisaran 4,6–5,4% dan berpotensi meningkat pada 2026 jika ekspansi kredit terus berlanjut.
Transaksi Digital Melejit
Kinerja ekonomi digital menunjukkan momentum kuat. Volume transaksi digital mencapai 12,99 miliar transaksi atau tumbuh 38% (yoy) pada triwulan III 2025.
Transaksi menggunakan QRIS melonjak 147% sementara transaksi BI-FAST dan RTGS juga meningkat stabil dengan nilai mencapai Rp56.422 triliun.
–Arah Kebijakan ke Depan
BI menegaskan kebijakan ke depan tetap diarahkan untuk menjaga stabilitas, memperkuat nilai tukar, dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan.
Kombinasi pelonggaran moneter, dukungan likuiditas, dan digitalisasi sistem pembayaran diharapkan menjadi pendorong utama pemulihan ekonomi nasional di tengah tekanan global.
Baca juga:Bank Indonesia Tekan BI-Rate ke 5% untuk Genjot Pertumbuhan di Tengah Awan Global
Editor:Trio

















