MATAPEDIA6.com, BATAM – Inflasi Kepulauan Riau (Kepri) pada Agustus 2025 tercatat 0,18% (mtm), lebih rendah dibanding Juli yang sebesar 0,19%. Secara tahunan, inflasi naik menjadi 2,19% (yoy) dari 1,97% pada bulan sebelumnya.
Meski demikian, posisi Kepri masih relatif aman dengan menempati peringkat ke-4 terendah inflasi di Sumatera, setelah Lampung, Bengkulu, dan Bangka Belitung.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kepri, Rony Widijarto, menegaskan inflasi terutama dipicu kenaikan harga bahan pangan. Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau naik 0,83% (mtm) dengan kontribusi 0,24% terhadap inflasi.
“Lonjakan harga cabai merah, bawang merah, daging ayam ras, hingga sigaret kretek mesin menekan pengeluaran rumah tangga. Kondisi ini dipicu keterbatasan pasokan dari sentra produksi dan hambatan distribusi,” ujar Rony dikutip dalam keterangannya, Rabu (3/8/2025).
“Pangan masih menjadi faktor paling rentan. Karena itu koordinasi menjaga pasokan dan distribusi harus terus diperkuat,” tambah dia.
Baca juga:BI Kepri Dorong UMKM Naik Kelas di Tengah Ketidakpastian Global
Meski harga pangan menanjak, inflasi tertahan oleh deflasi transportasi sebesar 0,74% (mtm). Maskapai memberikan promo tarif angkutan udara dalam rangka HUT RI, sehingga biaya perjalanan masyarakat turun dan memberi ruang konsumsi di sektor lain.
Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kepri menggelar berbagai langkah stabilisasi, antara lain pasar murah, penyaluran beras SPHP, edukasi inflasi melalui BI Mengajar, hingga rapat koordinasi harga pangan dengan Badan Pangan Nasional.
Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) juga dijalankan lewat strategi 4K: keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
“Langkah tersebut menjaga harga tetap terkendali sehingga daya beli masyarakat relatif terjaga. Ekonomi Kepri pun mendapat kepastian di tengah gejolak harga pangan dan komoditas global,” ungkap dia.
Ia menyebut, memasuki September 2025, inflasi diperkirakan dipengaruhi tiga faktor utama: kenaikan harga emas mengikuti tren global, penyesuaian harga pangan dari daerah sentra, serta dampak regulasi baru pengiriman barang konsumsi.
Namun, sejumlah faktor berpotensi menahan inflasi, di antaranya musim panen hortikultura, percepatan penyaluran beras SPHP, dan tren penurunan harga minyak dunia.
Bank Indonesia menargetkan inflasi Kepri tetap dalam sasaran 2,5±1% hingga akhir tahun. Rony memastikan penguatan produksi pangan, distribusi yang lancar, dan konsistensi pasar murah akan terus dijalankan.
“Inflasi yang terkendali berarti daya beli masyarakat terjaga, konsumsi tetap tumbuh, dan iklim investasi di Kepri semakin kondusif,” tegasnya.
Baca juga:Bank Indonesia Tekan BI-Rate ke 5% untuk Genjot Pertumbuhan di Tengah Awan Global
Penulis:Rega|Editor:Miezon

















