MATAPEDIA6.com, BATAM – Hujan deras yang mengguyur Kota Batam selama dua hari berturut-turut menyebabkan banjir di sejumlah titik.
Jalan utama menuju Punggur lumpuh total, sementara kawasan lain seperti Nongsa dan Batuaji juga terdampak genangan air yang cukup parah.
Banjir di Batam bukan lagi fenomena baru. Dalam lima tahun terakhir, intensitasnya semakin meningkat.
Penyebab utamanya adalah pesatnya pembangunan yang menggerus lahan hijau dan daerah resapan air.
Menurut Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kota Batam, Suhar, luas lahan hijau kini jauh lebih sedikit dibanding lahan terbuka.
“Saat ini, lahan hijau hanya mampu menyerap sekitar 30-35 persen air hujan, sementara lahan terbuka sudah mencapai run-off 90-100 persen, yang berarti hampir tidak ada air yang terserap dan langsung mengalir ke daerah yang lebih rendah,” jelas Suhar.
Minimnya daerah resapan mempercepat aliran air hujan ke kawasan rendah, menyebabkan banjir semakin sering terjadi. Selain itu, sistem drainase yang tidak optimal turut memperburuk situasi.
Kota Batam yang dulunya dikenal dengan keseimbangan antara pembangunan dan lingkungan, kini menghadapi krisis ekologis.
Berdasarkan data terbaru, luas lahan hijau di Batam terus menurun akibat alih fungsi lahan untuk permukiman, industri, dan infrastruktur.
Hutan kota yang sebelumnya berfungsi sebagai daerah resapan kini semakin berkurang, membuat kemampuan tanah dalam menyerap air hujan semakin rendah.
“Jika kondisi ini terus berlanjut tanpa adanya langkah konservasi yang serius, bukan tidak mungkin banjir di Batam akan semakin parah setiap tahunnya,” ujar Suhar.
Untuk mengatasi masalah ini, DBMSDA Kota Batam telah mengerahkan alat berat guna melakukan normalisasi saluran drainase di titik-titik rawan banjir, termasuk di Nongsa dan Batuaji.
Langkah ini diharapkan dapat mengurangi dampak banjir, meskipun tidak menyelesaikan akar permasalahan.
Suhar menegaskan perlu adanya kebijakan lebih tegas dalam menjaga keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian lingkungan.
“Pembangunan memang penting, tetapi harus dibarengi dengan perencanaan drainase yang baik serta konservasi lahan hijau agar Batam tetap nyaman untuk ditinggali,” katanya.
Cek berita dan artikel lainnya di Google News
Penulis: Luci |Editor: Meizon