MATAPEDIA6.com, BATAM – Suasana di Kantor DPRD Kota Batam tampak mencekam saat ratusan personel gabungan TNI/Polri lengkap dengan kendaraan taktis, termasuk water cannon, disiagakan menyambut aksi unjuk rasa yang hanya diikuti oleh 13 mahasiswa, Senin (1/9/2025).
Aksi tersebut digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) dan Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMII) Cabang Batam.
Meski jumlah peserta sangat minim, pengamanan dilakukan secara besar-besaran, dengan aparat bersenjata dan kendaraan taktis berjaga di sekitar Kantor DPRD dan Wali Kota Batam sejak pukul 09.00 WIB.
Pantauan di lapangan menunjukkan jalanan masih lancar tanpa penutupan, sementara mobil ambulans dari sejumlah puskesmas di Kota Batam terlihat keluar-masuk kawasan pemerintahan, menandakan kesiapsiagaan tinggi menghadapi segala kemungkinan.
Koordinator aksi, Andri Saputra, menyampaikan kehadiran mereka adalah bentuk kepedulian terhadap berbagai persoalan masyarakat.
Baca juga: Komisi III DPRD Batam Jadwalkan Rapat dengan Dishub dan Satlantas, Kecelakaan di Tiban Vitka
Dia juga mengungkapkan aksi kali ini awalnya dirancang melibatkan banyak aliansi mahasiswa, namun banyak yang batal bergabung karena tekanan dan intimidasi dari pihak-pihak tertentu.
“Banyak aliansi mahasiswa yang dibungkam dan diintimidasi, makanya mereka mundur. Tapi kami tetap datang untuk menyuarakan kebenaran,” tegas Andri.
“Yang penting bukan jumlah, tapi kualitas suara yang kami bawa. Kebenaran akan tetap bertahan,” tambahnya.
Hal serupa diungkapkan oleh Muryadi Aguspriawan, Koordinator Wilayah Sumbagut BEM SI Kerakyatan. Ia mengaku keluarganya mengalami intimidasi setelah dirinya menyerahkan surat pemberitahuan aksi ke Polresta Barelang.
“Rumah saya hampir digeledah, keluarga saya ketakutan. Tapi kami tidak akan mundur. Ini tentang rakyat, bukan hanya mahasiswa,” ujar Muryadi dengan nada penuh semangat.
Meskipun aksi hanya diikuti belasan mahasiswa, sorotan publik tertuju pada keseriusan aparat yang mengerahkan kekuatan besar.
Baca juga: Amsakar Rapat Bersama Kemendagri, Ajak Warga Jaga Kondusivitas
Hal ini justru menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat tentang proporsionalitas pengamanan dan iklim demokrasi di daerah.
Aksi ini menjadi simbol bahwa suara kritis masih ada, meskipun dibungkam dan ditekan.
Di tengah minimnya peserta, nyala idealisme mahasiswa tetap membara di tengah gemuruh water cannon dan barikade aparat.
Penulis: Luci |Editor: Meizon