OJK Sumbagut Update ekonomi di acara Media Gathering OJK Sumbagut di Hotel Kebayoran Park Senin (4/8/2025). Foto:Zalfirega/matapedia
MATAPEDIA6.com, JAKARTA — Perekonomian Kepulauan Riau terus menunjukkan geliat positif sepanjang semester pertama 2025. Sejumlah indikator sektor jasa keuangan mencatatkan capaian signifikan, menempatkan Kepri sebagai provinsi dengan performa ekonomi terkuat di wilayah Sumatera Bagian Utara (Sumbagut).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit di Kepri mencapai Rp47,58 triliun, dengan porsi tertinggi berasal dari kredit konsumtif. Capaian ini mengungguli provinsi lain di Sumbagut dan mencerminkan tingginya daya beli masyarakat.
“Kinerja ekonomi Kepri masih dominan secara nasional, terutama dalam sektor jasa keuangan,” ungkap Kepala OJK Provinsi Kepulauan Riau Sinar Danandjaya didampingi, Kepala OJK Provinsi Sumatera Utara Khoirul Muttaqien, Kepala OJK Sumatera Barat Roni Nazra, Kepala OJK Provinsi Riau Triyoga Laksito dan Kepala OJK Provinsi Aceh Daddy Peryoga dalam acara Media Gathering OJK Sumbagut di Hotel Kebayoran Park, Senin (4/8/2025).
Sinar menjelaskan, Loan to Deposit Ratio (LDR) Kepri mencapai 88,16% per Mei 2025. Penetrasi kredit terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pun menyentuh 32,26% tertinggi di kawasan Sumbagut.
Adapun rasio debitur terhadap populasi mencapai 46,3%, menandakan kuatnya akses masyarakat terhadap pembiayaan.
Namun, ia menyoroti dominasi kredit konsumtif yang mencapai 39,26% dari total penyaluran kredit. Angka ini jauh melampaui porsi sektor produktif, termasuk pembiayaan UMKM.
“Pembiayaan dari perusahaan multifinance di Kepri mencapai Rp6,30 triliun per April 2025. Meski tumbuh moderat, sektor konsumsi dan perdagangan masih mendominasi. Sementara sektor produktif seperti pertanian dan perikanan belum menunjukkan geliat berarti,” jelasnya.
Kendati begitu, OJK mencatat peningkatan minat terhadap pembiayaan alternatif. Modal ventura di Kepri tumbuh 20,95%, menandakan tingginya animo pelaku usaha rintisan dan UMKM terhadap pendanaan non-perbankan.
Selain itu, perusahaan pegadaian di Kepri turut mencatat pertumbuhan signifikan. Hingga pertengahan tahun, pembiayaan mereka tumbuh 26,01% (YoY), menjadikan Kepri sebagai salah satu yang tertinggi di Sumbagut dalam kategori tersebut.
Di sektor perdagangan luar negeri, Kepri mengandalkan ekspor kelapa sebagai komoditas unggulan. Sepanjang 2024, ekspor kelapa mencapai 25.469 ton dengan nilai Rp396,2 miliar.
“Produk diekspor ke Malaysia, Singapura, dan Thailand, memperkuat peran Kepri sebagai lumbung devisa sektor perkebunan dan laut,” sampainya.
Dalam upaya meningkatkan inklusi dan literasi keuangan, OJK Kepri menggencarkan edukasi ke enam kabupaten/kota. Program ini menjangkau 6.651 peserta offline dan 131.000 peserta online selama Januari–Juni 2025.
“Literasi diperkuat melalui media sosial, konten digital, dan kolaborasi dengan tokoh masyarakat,” ujar Sinar.
Sejumlah wartawan di acara Media Gathering OJK Sumbagut di Hotel Kebayoran Park, Senin (4/8/2025).Foto:Istimewa
OJK Kepri juga bersinergi dengan Pemprov dan Pemko Batam untuk mendorong program kredit subsidi bunga 0 persen bagi UMKM pemula. Skema ini memungkinkan pelaku usaha baru mengakses pembiayaan dari bank tanpa harus bergantung pada rentenir.
Pemerintah turut memperluas inklusi keuangan dengan menyalurkan subsidi BPJS Ketenagakerjaan bagi nelayan dan masyarakat pesisir. Salah satu bank swasta bahkan tengah menyiapkan pelatihan dan sertifikasi halal berstandar internasional untuk pelaku UMKM kuliner, agar produk mereka bisa menembus pasar ekspor, terutama ke Singapura.
Di sisi lain, OJK mengingatkan masyarakat agar tidak mudah percaya pada informasi pemutihan kredit yang mengatasnamakan OJK dan beredar di media sosial.
“Masyarakat diminta memverifikasi kebenarannya langsung ke kantor OJK atau melalui kontak resmi,” pintanya.
Dalam kegiatan media update OJK Sumbagut dibuka anggota Dewan Komisioner OJK Kepala Eksekutif Pengawasan Perilaku PUJK, Edukasi dan Pelindungan Konsumen Friderica Widyasari Dewi dan Plt Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK M Ismail Riyadi.