MATAPEDIA6.com, BATAM-Risiko kebakaran dan sengatan listrik akibat instalasi kelistrikan yang tidak aman masih menjadi ancaman nyata di banyak rumah tangga Indonesia. Menjawab tantangan tersebut, Schneider Electric mengambil langkah proaktif melalui edukasi teknis, pelatihan instalatur bersertifikat, dan promosi penggunaan perangkat proteksi arus sisa (GPAS) seperti RCCB dan RCBO.
Dalam rangkaian kegiatan ‘Gerakan Listrik Aman’ Schneider Electric melatih langsung 100 instalatur listrik di berebagai wilaya di Tanah Air. Pelatihan ini fokus pada teknik pemasangan MCB dan RCBO yang benar agar perangkat proteksi berfungsi maksimal dalam mencegah korsleting dan kebakaran.
“MCB saja tidak cukup. Untuk perlindungan maksimal, masyarakat perlu menggunakan RCBO yang mampu mendeteksi kebocoran arus. Solusi ini bisa menyelamatkan nyawa,” tegas Petrus Hasudungan, Regional Sales Director Schneider Electric Indonesia.
GPAS atau RCCB/RCBO merupakan perangkat proteksi arus sisa yang otomatis memutus arus listrik saat terjadi kebocoran, seperti ketika seseorang tersengat. Meski efektivitasnya tinggi—mampu menurunkan risiko kecelakaan listrik hingga 90 persen—penggunaannya di rumah tangga masih rendah.
Melalui pelatihan dan edukasi langsung kepada instalatur dan masyarakat, Schneider Electric menargetkan peningkatan kesadaran akan pentingnya teknologi ini sebagai bagian wajib dalam sistem kelistrikan rumah.
Tak hanya menyasar teknisi dan pengguna akhir, Schneider Electric juga menjalin kemitraan strategis dengan institusi pendidikan. Pada Schneider Electric Innovation Day Batam 2025 perusahaan menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Politeknik Negeri Batam untuk memperkuat pendidikan vokasi berbasis teknologi industri.
Kerja sama ini menghadirkan area showcase teknologi seluas 12 meter persegi di lingkungan kampus—disebut sebagai technopreneur area. Di ruang ini, mahasiswa Teknik Elektro, Mesin, dan Informatika dapat berinteraksi langsung dengan solusi digital dan otomasi terkini dari Schneider Electric.
“Kami ingin mahasiswa tidak hanya paham teori, tapi juga siap menghadapi tantangan industri modern. Kolaborasi ini jembatani kesenjangan dunia pendidikan dan dunia kerja,” jelas Mustain Mahrus, HR Lead Schneider Electric Batam & LAC dikutip dalam keterangan diterima Matapedia6 beberapa hari lalu.
Diproyeksikan, lebih dari 12.000 mahasiswa akan mengakses fasilitas ini setiap tahunnya—menjadikannya investasi pendidikan jangka panjang untuk mencetak talenta yang siap menghadapi era Industri 4.0.
Selain pelatihan teknis, Schneider Electric juga menggandeng kontraktor, distributor, dan pemangku kepentingan melalui acara Partner Gathering. Agenda ini bertujuan memperluas edukasi soal pentingnya penggunaan produk berlabel SNI dan bahaya dari perangkat kelistrikan ilegal atau palsu.
Rudi Sakyakirti, Kepala Disperindag Kota Batam, menegaskan bahwa pelanggaran terhadap standar SNI tidak hanya membahayakan konsumen tetapi juga dapat dikenai sanksi hukum berdasarkan Undang-Undang Standarisasi Nasional.
“Perangkat listrik ilegal sering menjadi pemicu utama kebakaran. Edukasi dan pengawasan harus diperkuat,” kata Rudi saat dikonfirmasi.
Gerakan Listrik Aman bukan sekadar kampanye. Ini adalah transformasi budaya menuju kesadaran kolektif akan pentingnya keselamatan kelistrikan—mulai dari teknisi, pelajar, pemerintah, hingga ibu rumah tangga.
Editor|Zalfirega